Curricullum_Vitae (CV)

Biografi

Terlahir dengan nama Asep Saepudin, saya dilahirkan di Kp.Gandasoli RT 17/06 Desa Babakan Kecamatan Wanayasa kabupaten Purwakarta bertepatan pada tanggal 06 Juni 1987. Saya terlahir dari rahim Ibu yang bernama Ani Maryani dan mempunyai ayah yang bernama Endang Sulaeman.
Saya mulai merintis pendidikan di umur 5 Tahun yang pada waktu dimasukkan ke Taman Kanak-kanak (TK) dengan harapan besar yang ada di benak orang tua bahwa saya bisa menjadi anak yang kreatif dan pintar bergaul. Saya mengenyam pendidikan TK selama 1 tahun dan pada tahun 1993 saya mulai belajar di Sekolah Dasar (SDN Babakan 2).
Saya tumbuh seperti anak lainnya, bermain dengan riang bersama teman-teman dan adakalanya saya pun menjadi anak yang nakal. Sembari belajar di Sekolah Dasar, saya pun di masukkan oleh orang tua ke dalam Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Huda yang ada di Kampung yang lumayan jauh dari rumah. Saya mengenyam pendidikan di SD sampai dengan tahun 1999 dan bersamaan dengan itu tamatlah juga proses pembelajaran saya di MI karena walaupun baru 3 Tahun belajar sudah mendapatkan ijazah lulus.
Pada Tahun 1999 saya pun di masukkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Wanayasa, yang lokasinya cukup jauh dari rumah sehingga aku harus berangkat jauh lebih awal dari jam masuk karena saya berangkat dari rumah dengan berjalan kaki, kebetulan pada waktu itu tidak terlalu kesepian karena selalu berangkat dengan ke-7 teman sekampungku yang kebetulan belajar di sana juga. Tidak banyak pengalaman belajar yang saya dapat kan di SLTP karena untuk kegiatan Ekstrakulikulernya saya hanya mengikuti kegiatan olahraga Voli yang pelatihnya kebetulan dari kampung saya juga. 3 tahun mengenyam pendidikan di SLTP dan saya pun Alhamdulillah menjadi 10 besar terbaik dalam hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) yang pada waktu itu peringkat saya ke-8 Besar.
Saya sebenarnya mempunyai bakat dan minat dalam bidang scientific sehingga orang tua saya pun melanjutkan pendidikan saya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 1 Wanayasa. Di sana saya masuk pada tahun 2000. Dalam bidang Ekstrakulikuler di SLTA saya tetap melanjutkan hobi saya dalam bidang olahraga Voli dan bahkan dengan bakat dan minat saya di bidang scientific dan olahraga saya pun mendapatkan rating yang cukup baik di pandangan teman-teman ataupun sekolah.
Lazimnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) maka di di sekolah saya pun di adakan pemilihan bakat dan minat siswa yang pada waktu itu klasifikasinya hanya dua yaitu IPA dan IPS, melihat kondisi kemampuan dan minat yang saya miliki dalam bidang scientific maka saya pun masuk ke bidang IPA yang pada waktu itu hanya ada 2 kelas dengan jumlah siswa 40 tiap masing-masing kelas.
Menginjak 6 bulan sebelum di adakan Ujian Nasional (UN) pada waktu ada tawaran dari pihak sekolah untuk belajar komputer gratis yang pada waktu itu tempatnya ada di Wanayasa dengan nama lembaga "Cyber Comnet" untuk 10 orang siswa, dan saya pun ikut dalam program tersebut dengan harapan memperbanyak ilmu, pengalaman dan relasi. Program yang saya ambil dari pembelajaran komputer itu adalah program perakitan Hardware dan sedikit pengenalan tentang software komputer. Di Lembaga tersebut saya mempunyai kedekatan emosional yang lebih di banding dengan rekan-rekan yang lain sehingga saya pun murid yang lama belajar di sana sampai saya pun di angkat menjadi staf pengajar/instruktur kursus yang mendampingi salah satu instruktur di sana.
Setelah tiga tahun di SLTA saya pun lulus dengan rating yang tidak terlalu mengecewakan, dan itu cukup membuat hati orang tua saya senang. Desakan hati pun untuk kuliah pada waktu memberikan keberanian kepada saya untuk mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Mimpi tersebut seakan hanya sebuah cita-cita yang tidak pernah akan menjadi kenyataan yang memang pada waktu itu terbentur oleh permasalahan finansial. Di tengah-tengah masa senggang saya sesudah belajar di SLTA saya pun terus merintis pengalaman dalam bidang komputer di lembaga yang pernah menjadi tempat kursus komputer pertama saya, dan itu berjalan sampai dengan 6 bulan pasca keluar dari SLTA.
Perasaan untuk mencari kehidupan yang lebih baik terus saja menjangkiti kehidupan saya pada waktu itu, sehingga berbagai lamaran pekerjaan pun telah saya layangkan ke berbagai Instansi ataupun lembaga. dan akhirnya pada waktu itu saya di ajak oleh paman saya yang bekerja di Bandung untuk mencoba bekerja di sana dan kebetulan keponakan-keponakan sayapun bekerja di sana. Dan dengan berbagai liku permasalahan yang ada akhirnya saya pun mulai bekerja di salah satu proyek kebersihan. Dengan berbagai alasan yang ada mulai dari kelayakan bekerja yang tidak relevan dengan gaji yang di dapat (bayangkan 1 hari saya di bayar 15 ribu mulai dari jam 7 pagi sampai dengan 4 sore, dengan hanya di beri makan 1 kali sehari pada waktu siang hari), maka saya pun mulai beranjak untuk meninggalkan pekerjaan tersebut yang telah saya lakoni selama 6 hari saja. Dengan berbagai pertimbangan yang ada pada waktu itu, maka saya pun beranjak untuk pulang ke Purwakarta dan melanjutkan pengalaman saya dalam bidang komputer.
Nuansa Baru
Desakan emosional pun terus terhembus untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi dan Alhamdulillah setelah 1 tahun pasca lulus SLTA pada tahun 2006 saya pun daftar ke salah satu Sekolah Tinggi di Purwakarta, ya itulah STAI DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta yang dikenal dengan kampus pencerahan dengan jargon "Mujtahid, Mujaddid dan Mujahid". Bersamaan dengan masuknya ke Sekolah Tinggi saya pun masuk ke dalam Organisasi Kemahasiswaan Ekstracampus yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau yang lebih dikenal dengan PMII. dan semenjak itulah berbagai pengalaman telah saya dapatkan sehingga saya pun bisa mengatakan bahwa inilah nuansa baru kehidupan pasca stagnasi. Teman baru, pergaulan baru dan pergulatan pemikiran pun semakin baru dan itu menimbulkan suatu effect yang cukup besar terhadap hidup saya.
DI STAI saya pun coba merajut pengalaman melalui berbagai organisasi intracampus seperti masuk ke pengurus BEM, Pramuka, Tarung Derajat, Kesenian, dan aktif di berbagai Kajian. Setiap bidang yang saya geluti memiliki nilai pengalaman yang berbeda-beda, sehingga saya pun cukup enjoy dengan keadaan seperti itu. waktu terus beranjak dan saya pun tumbuh sebagai aktor "poligami" (sebagai aktivis BEM dan PMII), ini mungkin tidak bisa dipungkiri karena saya pun tumbuh dengan berbagai pengalaman yang menuntun saya menjadi insan yang cukup mempunyai bargaining position di depan mata rekan-rekan baik dari kalangan kampus maupun Ekstracampus. sehingga pada tahun yang bersamaan yaitu pada tahun 2008 saya pun mempunyai posisi sebagai decision maker di kedua organisasi tersebut. Di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAI. DR. KHEZ. Muttaqien saya di amanahi sebagai Sekretaris Jendral dan di Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia (PMII) cabang Purwakarta saya di amanahi sebagai ketua umum. Sungguh sangat memberikan beban yang lebih memang. Tapi di balik itu ada suatu pembelajaran penting yang saya petik yaitu "Pandanglah tanggung jawab itu sebagai sebuah pembelajaran, maka dijamin kau takkan pernah mengeluh sedikitpun".

Purwakarta, 06 Juni 2008

DEMOKRASI KACANGAN

Pasca Lengsernya Soeharto seakan menjadi pintu gerbang kehidupan rakyat yang serba baru, pemerintahan Indonesia yang bersifat sentralistik kini lambat laun berubah menjadi sistem pemerintahan yang semakin desentralistik. Transparansi dan kesetaraan hukum, kebebasan mengeluarkan pendapat serta alur birokrasi yang semakin mudah untuk dikritisi menjadi sebuah harga pasti dan sebuah rutinitas sehari-hari dalam bingkai kehidupan negara Indonesia.
Aspirasi rakyat yang telah terpendam kini mulai merebak di mana-mana, teriakan-teriakan langsung yang disampaikan kepada wakil rakyat kini semakin menggema. Bahkan setiap hari teriakan-teriakan tersebut terus keluar dari berbagai kalangan, tidak hanya mahasiswa bahkan petani dan pegawai pun kini semakin bebas mengutarakan kemauannya. Jargon demokrasi “Dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat” kini semakin menampakkkan taringnya di ranah pertiwi ini. Rakyat dapat dengan mudah meneriakkan keinginnya kepada wakilnya sendiri di pemerintahan. Mungkin saja pada waktu ini Soeharto menangis ketika melihat keadaan negara ini, menangis karena era yang dibangunnya selama 32 tahun kini telah mulai pudar di makan zaman. Demonstrasi, kebebasan pers adalah sebagian kecil dari konsep demokrasi yang telah menjangkit di dalam sistem kenegeraan ini sehingga konsep Indonesia tidak lagi seperti kerajaan yang hanya diperintah oleh seorang raja yang mempunyai otoritarian penuh terhadap rakyat-rakyatnya, rakyat dapat langsung meneriakkan kemauannya bahkan di depan hidung sang penguasa.
Di lain pihak, dengan berbagai tranparansi yang ada seakan memberikan peluang penuh kepada rakyat untuk menjadi seorang “pemberontak” di dalam negerinya sendiri. Konsep-konsep demokrasi seakan telah terkikis oleh pihak-pihak yang hanya mengedepankan sifat egosentris belaka. Kebebasan dalam mengutarakan aspirasi pun kini berubah haluan menjadi “memaksakan” aspirasi yang implementasinya berupa tindakan-tindakan anarkis yang telah dilakukan. Ini seakan merupakan titik api yang akan membakar “rumah jerami” Indonesia. Bagaimana tidak, setiap aspirasi yang diutarakan selalu saja dalam tahap dekonstruksi bukan rekonstruksi dan diperburuk lagi serta konsep-konsep yang ditawarkan bisa dikatakan “kacangan”. Setiap kelompok berdemonstrasi tanpa ada ujung pangkal permasalahan, tetapi malah membuat keruh permasalahan yang ada, karena kelompok hanya mengedepankan ego kelompoknya sendiri tanpa kajian yang analitis terhadap aspirasi yang diutarakannya. Ketika keadaan tidak relevan dengan keinginnannya, langsung diutarakan tanpa sebuah pemahaman terhadap kasus yang dihadapi, sehingga tidak aneh ketika idealitas dapat dibeli dengan harga murah karena niatan yang baik sebagai mediator masyarakat dalam menyampaikan aspirasi itu hanya dijadikan sebagai “kendaraan” dalam memenuhi pemenuhan egonya semata.

Wallahu A’lam Bishawab

Tela'ah Kritis Kenaikan BBM

Indonesia merupakan negeri kaya. Bahkan negeri ini termasuk negeri pengekspor minyak. Namun, sungguh malang negeri ini. Akibat cengkraman kapitalisme global, kini negeri kaya ini ikut sengsara. Dengan alasan imbas dari krisis minyak dunia, bahan bakar pun siap dinaikkan. Keputusan untuk menaikkan bahan bakar tentu akan semakin menambah derita rakyat. Negeri ini benar-benar menjadi miskin di ladang minyak. Ladang-ladang minyak tersebut banyak diberikan kepada asing yang membuat mereka meraup keuntungan besar hingga terkuras minyak di negeri ini. Kendati belum disebutkan besaran dan waktunya, pemerintah meyakinkan kenaikan tersebut masih dapat ditanggung masyarakat. Kenaikan ini rencananya juga akan dibarengi dengan pemberian kompensasi kepada rakyat miskin. Mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2008, besaran kenaikan dirumuskan sebagai berikut. Untuk premium naik 30 hingga 40 persen menjadi Rp 6.000 per liter. Solar naik 15 persen menjadi Rp 5.000 per liter. Sedangkan minyak tanah tidak dinaikkan. Tentu saja, keputusan pemerintah ini tak lepas dari kendali para ekonom yang saat ini lebih banyak berpihak kepada kapitalisme. Wajar jika mereka tidak sungkan untuk menambah beban bagi rakyat. Padahal persoalannya tak sesederhana bayangan orang awam, bahwa kebijakan kenaikan BBM bertujuan menyusahkan rakyat luas. Persoalannya sekarang, bagaimana pemerintah melakukan langkah-langkah untuk mengimbangi kenaikan harga BBM akibat pencabutan subsidi tersebut. Kami berpendapat, bila harga BBM naik, maka pelayanan kepada masyarakat harus ditingkatkan. Atau lebih dari itu, pemerintahan dituntut untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat. Misalnya, dengan membuka lapangan kerja baru atau menaikkan upah atau gaji. Dalam mengelola ekonomi, pemerintah terkesan tidak mempunyai management yang baik, dan lemah koordinasinya. Kenaikan harga-harga beruntun tersebut menyebabkan seluruh unit ekonomi harus merespons pukulan tersebut dan melakukan anggaran-anggaran pengeluarannya. Kebijakan pemerintah tersebut merupakan dilema dan keputusan yang berat dan berisiko bagi pemerintah. Di satu sisi, bahwa kebijakan menaikkan BBM atau pencabutan subsidi BBM harus dilakukan dan sulit dihindarkan dalam rangka penyesuaian atau revisi anggaran APBN 2005, tapi di sisi lain masyarakat saat ini masih ditimpa kesusahan hidup akibat krisis ekonomi yang belum juga membaik. Sehingga, masyarakat menilai momentum kenaikan harga BBM tersebut kurang tepat. Bagi pemerintah pun, mengulur atau menunda waktu kenaikan harga BBM berarti menambah beban pemerintah yang semakin besar. Dalam melakukan reorientasi kenaikan BBM itu pemerintah perlu mengambil teknik penentuan harga yang berlapis. Untuk mengurangi beban masyarakat lapisan bawah, pemerintah diharapkan konsekuen untuk hanya sedikit menaikkan harga jenis BBM yang banyak dikonsumsi masyarakat bawah. Kalau rencana kenaikan harga BBM secara umum adalah 20%, maka minyak tanah dan minyak bakar yang banyak dikonsumsi masyarakat bawah hendaknya jangan sampai naik lebih dari 10%, akan lebih baik tidak dinaikkan sama sekali. Alasannya angka 10% sudah merupakan angka kenaikan yang cukup tinggi bagi masyarakat tak mampu. Untuk premium dan solar, kenaikan sedikit di atas 10% masih wajar karena kelas konsumennya memang lebih tinggi. Sedangkan harga minyak aftur dan avgas yang dikonsumsi oleh kalangan atas, kenaikan harganya dapat jauh lebih tinggi untuk menutup rendahnya kenaikan jenis minyak yang dikonsumsi kalangan bawah. Setelah jalan itu ditempuh negara perlu menggalakkan pengencangan ikat pinggang dan melakukan revisi besar-besaran dari skala prioritas konsumsi mereka. Bagi kalangan dunia usaha, mereka lebih dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian akibat implikasi dari kenaikan BBM yang diikuti harga lain). Karena dari kenaikan harga tersebut, dapat mereka kompensasikan pada produk yang dihasilkan. Untuk mengurangi beban golongan masyarakat kurang mampu akibat kenaikan BBM, pemerintah memberikan kompensasi yang diarahkan terutama pada program-program pertanian, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan operasi pasar khusus (OPK) beras untuk rakyat miskin. Besarnya kompensasi tersebut perlu dilakukan secara sistematis dengan anggaran memadai dan tepat sasaran. Dengan latar pemaparan di atas, sebelum pemerintah menaikkan harga BBM ada beberapa hal yang harus dipikirkan secara mendalam. Pertama, mengkaji ulang tentang dasar dan tujuan mengapa pemerintah mau menaikkan harga BBM. Selanjutnya, perlu juga dikaji berapa besar angka kenaikkan harga BBM yang lebih pas sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang ini. Kedua, melakukan kajian mendalam terhadap penyaluran hasil pengurangan subsidi BBM. Dan itu harus jelas diketahui oleh masyarakat. Ketiga, menjaga agar dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga BBM tidak sampai meluas jauh. Keempat, menjamin tersedianya kebutuhan BBM di masyarakat termasuk dengan menindak segala pelaku penyelundupan BBM. Kelima, mengatur program jangka panjang untuk pengembangan perekonomian masyarakat. Bila kelima hal itu dilakukan, tampaknya dampak kebijakan terkait BBM bisa ditekan di tingkat titik terendah. Wallahu A’lam Bishawab.

Sudah Sadarkah Anda..?

Banyak orang bingung dengan jalan hidup mereka. Terkadang mereka merenung sendiri dan tak jarang juga mereka mengasingkan diri. Dengan berbalut pikiran yang rumet tentang jalan hidup yang sudah dan akan dilaksanakan, seseorang sering melakukan suatu perenungan (kontemplasi) yang sangat lama. Muncul berbagai pertanyaan tentang pribadi diri, dan terbesit suatu masalah yang sering tak terpikirkan. Sebenarnya apa sih kemampuan saya? Dan apa yang akan saya kerjakan sebagai penunjang kehidupan saya? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering terbesit sadar ataupun tidak sadar (bagi mereka yang berpikir dan tidak menganggap hidup ini bagaikan air yang mengalir) dan menjadi sebuah kebingungan yang pasti yang akhirnya manusia perlu untuk menyadari apa yang menjadi potensi serta kemauan dalam diri sehingga terbentuk suatu pola hidup yang jelas.

Pembicaraan kita di mulai dengan pengertian dari potensi. Potensi adalah sesuatu hal yang bisa dijadikan sumber daya. Saya yakin Setiap orang mempunyai potensi yang sama (terkecuali orang yang tidak normal), karena setiap orang mempunyai tangan, kaki, mata, telinga, hidung dan semua panca indera dan bahkan otak, hati serta perasaan yang sama. Itu memberikan siratan makna bahwa Allah memang melahirkan manusia itu dalam keadaan yang seragam dan dengan potensi yang seragam. Subhanallah. “Potensi adalah sumber daya” itulah yang mesti kita camkan, yang jadi pertanyaannya adalah apakah setiap potensi yang ada diri kita kita gunakan dengan semaksimal mungkin. Apakah tangan yang kita miliki, otak yang kita miliki, kaki yang miliki, serta hati yang kita miliki digunakan dan dikembangkan dengan semaksimal mungkin. That’s the problem.

Kita lihat bahwa kemampuan setidaknya dapat digali atau tergali dengan dua sisi yaitu melalui kemauan dan melalui lingkungan (Habitual/kebiasaan). Kita akan coba bahas satu persatu.

Anda punya potensi, dari berbagai potensi yang anda punya apakah anda mempunyai kemauan/minat untuk mengembangkan/memaksimalkan potensi anda tersebut. Contohnya ketika anda mempunyai potensi yang di bawa oleh otak anda, apakah anda memiliki kemauan untuk mengembangkan/memaksimalkan potensi otak anda. Ketika anda sudah mampu untuk memaksimalkan potensi otak anda berarti anda sudah memiliki kemampuan dalam hal berpikir. Intinya Kemampuan akan terwujud ketika anda menggali secara optimal apa yang menjadi potensi anda dengan kemauan dan kerja keras yang tinggi.

Kita lihat alur dari perwujudan kemampuan melalui sisi kedua, yaitu lingkungan (Habitual/kebiasaan). Ketika anda mempunyai potensi dan tidak ada kemauan untuk mengembangkan suatu potensi tersebut maka seyogyanya anda tidak akan memiliki kemampuan dalam penggalian potensi tersebut, tetapi adakalanya kemampuan ini tercipta akibat dari pengaruh lingkungan. Semisal anda mempunyai potensi tangan, anda melihat melalui tangan tersebut anda akan bisa membentuk atau menghasilkan suatu maha karya. Anda menyadari itu, tapi anda tidak mempunyai kemauan dalam mengembangkan potensi tersebut. Otomatis secara logika anda sudah terputus dari alur pembentukkan kemampuan. Tapi ketika anda dibesarkan di wilayah pekerja rotan misalnya anda akan mempunyai kemampuan membuat karya ini (walaupun dengan segala keterpaksaan yang ada). Itu jelasnya akan terjadi suatu kemampuan dalam diri anda.

Kalau kita sempat membanding-banding kemampuan yang dihasilkan oleh sebuah kemauan tentunya akan memberikan hasil yang berbeda ketika di sandingkan dengan kemampuan yang dihasilkan dari sebuah proses lingkungan atau kebiasaan. Tapi hanya merupakan sebuah konklusi sementara bahwa ketika kemauan dan lingkungan/kebiasaan ini saling menyokong dan bersinergi dengan baik maka akan terbentuk suatu kemampuan yang besar dan mapan. Itu adalah salah satu upaya yang sangat mesti dilakukan oleh kita sebagai taraf pengembangan diri, sebagai taraf peningkatan mutu dan kualitas diri menghadapi masa depan.

Sebuah inti yang harus kita pelajari adalah sejauh manakah anda mengenal potensi anda dan sejauh manakah anda membentuknya sebagai suatu bentuk kemampuan yang akan membekali anda dalam menjalani hidup.

Manusia mempunyai potensi yang besar di dalam dirinya. Teringat sebuah novel “Ketika Cinta Bertasbih” karangan novelis ternama Habiburrahman El-Shirazy beliau mengatakan dengan tersirat bahwa ‘janganlah kita menjadi seekor kambing kalau kita berpotensi untuk menjadi seekor singa’. Artinya bahwa kita sebagai manusia berpotensi besar untuk menjadi yang terbaik tapi kenapa potensi yang kita punya seakan tidak menjadi sebuah sinyalemen yang kuat bagi kita untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Wallahu’alam Bis Shawab.

SISI SURAM SEBATANG ROKOK

Kalau kita sempat menilik sejarah, ide adanya rokok itu pertama kali ditemukan oleh bangsa Indian (Amerika) yang pada waktu itu menjadikan rokok sebagai penghangat tubuh. Dengan berbekal asap yang dikeluarkan oleh rokok orang-orang Indian tidak lagi kedinginan ketika mereka menghadapi malam. Dari masa ke masa perkembangan rokok semakin mengalami ”kesempurnaan” dari segi bentuk dan komposisi. Bayangkan ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu ketika orang Indian mulai berinisiatif menghisap asap (merokok) dalam rangka menghangatkan tubuh, mereka mulai membakar dedaunan (baca : tembakau) yang disisipkan diantara batang bambu yang cukup besar dan dapat di bayangkan helaan nafas yang terengah-engah dari seorang ”maniak rokok” pada waktu itu karena harus menghisap sebatang rokok yang lumayan besar. Beda dengan sekarang, rokok kini tersedia bahkan dengan ukuran mini sekalipun, dan rasa rokok pun kini sudah bisa ”dimodifikasi” bahkan bisa juga ditambahkan dengan rasa yang diinginkan misalnya seperti jenis rokok yang ada di Timur Tengah (Sisha).

Lantas dengan perjalanan sejarah yang begitu panjang. Patut juga kita tanyakan apa sebenarnya kegunaan dari sebatang rokok pada masa kini? Apakah hanya sebatas untuk menghangatkan badan, cara untuk mendapatkan ide, atau hanya trend belaka. Ini adalah pertanyaan yang paling mendasar yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri (baca : perokok). Di tengah segala keuntungan yang di dapat (itu juga kalau mungkin ada dan rasional) rokok menyimpan banyak sekali kerugian dan kerugian ini hemat saya merupakan sebuah sinyaleman kuat yang memberikan jalan kepada kemudharatan.

1. Bahaya Rokok bagi Kesehatan

Sudah menjadi rahasia umum bahwa rokok terdiri dari berbagai zat-zat yang dapat merusak tubuh. Kandungan Tar, Nikotin bahkan banyak lagi kandungan berbahaya yang terdapat dalam kepulan asap rokok. Setiap dokter pasti mengatakan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan dan pasti dokter itu pun melarang kita untuk menghisapnya.

Coba kita bayangkan ketika kita menghisap rokok apakah anda pernah berpikir bagaimana nasib tubuh (baca : paru-paru) anda ketika menerima ribuan kepulan asap. Kita ambil contoh cobalah anda meniupkan kepulan asap yang anda hisap dari sebatang rokok di atas kain putih lantas anda coba untuk melihatnya. Pastilah kepulan asap yang anda tiupkan pada kain putih tersebut membekas dan biasanya berwarna kuning (itu adalah kandungan dari rokok yang berupa nikotin), dan untuk membuktikan betapa bahayanya rokok bagi tubuh anda coba lakukan hal yang sama berkali-kali. Pasti kain yang anda tiup dengan asap tersebut menjadi kotor dengan nikotin. Dan bayangkan itu terjadi pada dinding paru-paru anda. Misalkan anda maksimal menghisap rokok tiga batang setiap hari, otomatis anda juga menghisap maksimal seratus kepulan asap ke dalam mulut anda dan mengalir ke dalam paru-paru anda. Anda tahu bahwa paru-paru itu merupakan centra pengolah oksigen yang nantinya akan disebarkan keseluruh jaringan tubuh. Dan dapat kita prediksikan bahan-bahan berbahaya yang datang melalui asap rokok itu tentunya akan mengaliri setiap mili jaringan tubuh kita. Tidak aneh ketika orang-orang yang suka menghisap rokok memiliki tubuh yang rentan terhadap penyakit seperti Kanker pangkal tenggorokan, kanker paru-paru, serangan jantung, TBC, luka lambung dan lain-lain. Lantas ada yang menanyakan bahwa setiap orang itu baik yang merokok atau tidak pasti akan mati dan perokok atau bukan itu tidak menjadikan sebuah barometer dalam kuantitas usia. Memang benar usia itu tidak akan bisa diprediksi apakah yang suka merokok itu akan lebih cepat meninggal atau tidak. Tapi satu hal yang penting adalah bisakah kita menikmati hidup ini dengan tenang dan sehat.

2. Bahaya Rokok bagi Sosial

Tidak hanya dalam bidang kesehatan, merokok juga memberikan dampak yang lain juga terhadap bidang sosial, dengan menjadi perokok otomatis kita mengganggu orang lain yang tidak merokok. Bayangkan oleh anda situasi sosial yang terjadi antara dua orang yang sedang duduk bersebelahan di dalam ruangan tertutup, dan salah satu orang dari mereka itu sedang merokok. Ini jelas memberikan suatu gangguan tersendiri kepada teman sebelahnya yang tidak merokok. Kejadian ini tidak bisa dianggap sepele karena menurut penelitian dari Dr. Nazhim An Nasimi seorang Ketua Ikatan Dokter di kota Halab (Syaikh Muhammad Jamil Zainu, ”Tidak merokok karena Allah”. 2003. Jogjakarta : Media Hidayah) beliau mengatakan bahwa berada dalam satu ruangan tertutup bersama orang yang merokok sama halnya dengan menghisap sepuluh batang rokok. Perokok yang terserang penyakit TBC, influenza atau lainnya bisa menularkan penyakitnya terutama saat batuk.

3. Bahaya Rokok bagi Ekonomi

Bidang ekonomi merupakan dampak ketiga yang menjadi sasaran kerugian dari rokok. Ketika setiap hari misalnya maksimal anda membeli 3 batang rokok untuk anda hisap dan maksimalnya anda mengeluarkan 500 rupiah untuk setiap batangnya anda berarti sudah mengeluarkan uang 1.500 untuk rokok. Coba kita bayangkan pengeluaran kita dalam seminggu, sebulan dan bahkan setahun. (Rp. 1500,- x 360 hari = Rp. 540.000,-). Setiap harinya kita ”menzakatkan” harta kita untuk sesuatu yang tidak berguna. Ironis memang ditengah orang-orang sulit untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan bahkan kebutuhan papannya, tapi di sisi lain anda sibuk dengan menghambur-hamburkan harta anda. Teringat sebuah ayat dalam kitab suci Al-Qur’an : ”Dan janganlah engkau bersikap boros, sesungguhnya orang yang suka memboroskan hartanya merupakan saudara-saudara setan.” (Q.S. Al Isra : 26-27). Melihat substansi dari ayat di atas tentulah kita sudah mengerti bahwa kebiasaan kita merokok merupakan suatu perbuatan yang bisa kita katakan sebagai memboroskan harta, karena sesungguhnya setiap harta yang kita gunakan untuk membeli rokok itu tidak ada gunanya sedikitpun bagi kita secara pribadi. Sebuah kisah menceritakan bahwa ada seseorang yang tiap harinya itu membuang uang satu dirham ke dalam lautan. Dan ada orang lain yang mengatakan bahwa orang tersebut sudah gila (tidak waras), karena sudah menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu hal yang tidak berguna.

4. Bahaya Rokok bagi Moral

Merokok kadang menjadikan sebuah latar belakang bagi kita untuk melakukan sebuah tindak kejahatan atau setidaknya merokok memberikan dampak yang buruk terhadap moral kita. Kita sering menemukan sebuah kasus anak mencuri uang dari dompet orang tua nya hanya karena ingin membeli sebungkus rokok misalkan. Ini hal nyata yang terjadi di lingkungan kita, dan menurut data dari pengadilan 95 % pelaku tindakan kriminal itu adalah seorang perokok. Rokok bisa juga dikatakan sebagai pintu gerbang atau langkah awal kita masuk ke dalam sesuatu yang mengharamkan lainnya. Keingintahuan terhadap rasa dari narkotika itu berawal dari seorang yang aktif merokok bukan dari seorang yang pasif merokok. Di lain pihak Dr. Johnston mengatakan rokok bisa menegangkan syaraf. Oleh karena itu para perokok sering mudah marah, bertengkar mencuri dan melakukan kekerasan.


Ironis sekali memang dari berbagai dampak yang ada rokok bukan semakin menjadi barang yang langka dan dihindari, tapi disadari atau tidak rokok kini rokok sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi para penikmatnya dan tentunya merupakan lahan bisnis yang menggiurkan. Dalam bidang ekonomi banyak orang yang secara langsung bergantung kehidupan pada rokok. Dari mulai penjaja rokok jalanan sampai dengan bos pabrik rokok yang besar menjadikan rokok sebagai mata pencaharian mereka. Di tengah penderitaan yang terus menyebar di masyarakat akibat rokok banyak orang yang mengais rezeki dari keadaan tersebut. Lantas apakah dengan latar belakang seperti itu bisa menggugurkan dampak kerugian dari rokok?. Itu jelas menjadi satu ganjalan besar dari langkah kita dalam memberantas peredaran rokok. Tapi satu hal yang pasti bahwa rokok itu tetap membawa kemudharatan bagi para perokok aktif maupun pasif. Ini seyogyanya harus kita pikirkan bersama. Bagaimana nasib dari negara tercinta ini ketika bangsanya tidak lagi menyadari sebuah bahaya yang terus menggerogotinya setiap saat. Merokok merupakan sikap bawaan dari arus globalisasi yang menerpa Indonesia. Di tengah pragmatisme dan egosentris yang terus tumbuh subur di ranah pertiwi tertanamlah sikap-sikap yang seyogyanya harus kita ”kubur” bersama. Karena dengan menyadari sedini mungkin bahayanya Insya Allah kita akan terhindar dari perbuatan yang menjadikan kita terpuruk dan semakin terbelakang. Wallahu A’lam Bish Shawab.

MENGGUGAH KEPEDULIAN MAHASISWA SEBAGAI BENTUK PERWUJUDAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

PROLOG

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah .. tiada kata terindah selain ucapan syukur kita kepada Allah SWT, karena dengan berkah dan hidayah-Nya kita bisa senantiasa berkumpul, bersilatul fikr bersama dalam kegiatan yang Insya Allah penuh dengan berkah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak panitia karena pada kesempatan ini saya bisa diperkenankan untuk mengisi acara dalam kegiatan ini.

Secara umum, status sosial kemasyarakatan tidak akan pernah terlepas dari peran serta kaum muda dan mahasiswa. Mulai dari dulu sampai dengan sekarang kaum muda (baca : mahasiswa) merupakan tonggak dari sejarah. Kita ambil contoh Indonesia, Tahun 1908 atau lebih sering dikenal dengan peristiwa Budi Utomo merupakan bukti adanya suatu gerakan mahasiswa dalam merebut kekuasaan negara yang pada waktu itu masih diduduki oleh Belanda. Berbagai elemen dari masyarakat termasuk dari mahasiswa membulatkan tekad untuk terus berjuang dalam melawan politik etis yang telah ditanamkan oleh Belanda pada waktu. Letupan-letupan semangat dari kaum muda selanjutnya mencapai titik klimaks berikutnya yaitu pada tanggal 22 Oktober 1928, seluruh pemuda (mahasiswa) dari berbagai penjuru Indonesia pada waktu itu bersama-sama berikrar atau lebih sering kita kenal dengan ”Sumpah Pemuda”, peristiwa ini menjadi peristiwa penting kedua dalam dunia pergerakan mahasiswa setelah peristiwa Budi Utomo. Sumpah Pemuda merupakan suatu Ikrar dari seluruh kaum muda Indonesia untuk bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ego-ego sektarian yang sebelumnya melekat pada setiap individu waktu itu pudar dengan sendirinya karena mereka mulai menyadari bahwa harus ada suatu persatuan dan kesatuan nasional, sehingga mereka bisa merdeka dari penjajahan. Begitu pentingnya peran dari kaum muda sehingga bisa dikatakan bahwa jika tidak ada inovator-inovator ulung dari kaum muda negeri ini tidak akan pernah merdeka. Setelah peristiwa Sumpah Pemuda yang begitu ”mencengangkan” maka lambat laun para kaum muda dan segenap elemen masyarakat mulai untuk sadar dan membentuk suatu kesepakatan sosial untuk memerdekakan diri. Berbagai perlawanan terhadap kaum kolonial terus saja digencarkan baik perlawanan secara fisik maupun politik etis. Semangat kemerdekaan yang terus menggebu-gebu tersebut ternyata membawakan hasil yaitu dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia oleh sang proklamator Bung Karno. Setelah terbentuknya suatu negara kesatuan Indonesia semenjak diproklamirkannya kemerdekaan, Indonesia mulai untuk merangkak dan berjalan. Hal ini tentunya membutuhkan semangat yang tinggi pula dalam mempertahankannya, di mana pemberontakan-pemberontakan pasca kemerdekaan terus saja memberikan ”kengerian”. Maka semangat untuk mempertahankan negara kesatuan pun harus terus digali demi Indonesia kedepan.

Hingga sekarang Peran kaum muda pun tidak dapat dinafikan dalam hal mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dari waktu ke waktu kaum muda terus memberikan sumbangsih yang cukup besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Hingga sekarang kaum muda pun dituntut untuk terus mempertahankan kemerdekaan. Kini Indonesia masih terus mendapat deraan kolonialisme -atau lebih lumrah dikatakan Neo-kolonialisme-. Dampak dari arus globalisasi pun menjadi tema yang trend hari ini sebagai penjajah baru sebuah negara. ”Libasan-libasan ban globalisasi” kini sudah terasa dari berbagai lini kehidupan. Mulai dari trend sandang, pangan, papan (egosentris-pragmatisme-hedonisme) sampai dengan pemikiran. Sebagai bagian dari kalangan masyarakat, mahasiswa (kaum muda) seyogyanya harus tahu terhadap ancaman global ini. Kita tidak perlu lagi mengangkat bambu runcing seperti apa yang dilakukan oleh para pejuang masa lalu dalam merebut kemerdekaan, tapi kita harus terus mempertahankan kemerdekaan dengan terus memupuk nilai-nilai persatuan dan kebersamaan (gotong royong). Insya Allah dengan memupuk nilai-nilai tersebut dampak negatif dari arus globalisasi yang notabene berupa sikap pragmatisme, hedonisme serta egosentris sektarian tentu akan mudah kita kubur bersama.

GENEOLOGI MAHASISWA

Kalau kita sempat menilik dari tema yang akan kita bahas kali ini, ada sedikit hal yang sangat memprihatinkan dimana kata menggugah dalam artian bahasa Indonesia berarti sesuatu yang perlu untuk dimunculkan karena sudah hilang atau sesuatu yang perlu dioptimalkan eksistensinya karena sudah merangkak hilang. Ini tentu saja menjadi hal yang ironis, apalagi yang kita bicarakan ini adalah seorang mahasiswa.

Baiklah, sahabat-sahabat yang berbahagia. Perlu ada kiranya suatu pemahaman yang komprehensif tentang arti dari seorang mahasiswa. Ini jelas perlu untuk ditinjau ulang, karena ketidak pahaman diri seorang mahasiswa terhadap tugas dan fungsi seorang mahasiswa ini yang sesungguhnya menjadi satu rintangan kita dalam mendobrak nilai kepedulian seorang mahasiswa. Dalam berbagai diskursus sering sekali di utarakan bahwa mahasiswa adalah mahluk yang ”spesial”. Dikatakan spesial karena tugas dan fungsi dari mahasiswa itu secara ideal sangatlah spektakuler (kalau boleh saya katakan). Ini tentunya erat kaitannya dengan tugas dan fungsi ideal seorang mahasiswa. Mahasiswa yang notabene merupakan insan akademis yang seyogyanya bergumul dengan lingkungan-lingkungan akademis mempunyai tugas dan fungsi yang diakumulasikan dalam TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI. Tugas dan fungsi ideal mahasiswa ini merupakan pengejawantahan dari TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI itu sendiri.

Pertama, tugas dan fungsi dari seorang mahasiswa itu adalah belajar (learning), kenapa belajar? Karena mahasiswa ini terikat dengan lingkungan akademis yang mau tidak mau mereka minimalnya harus mencari ilmu lewat media akademis. Belajar adalah sesuatu hal yang mesti dilakukan karena disinilah manusia atau mahasiswa khususnya dapat menjadi insan yang katakanlah ”berbeda” dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan belajar mahasiswa diharapkan dapat senantiasa menginternalisasi segala ilmu yang telah di dapat di bangku perkuliahan baik itu di dapat secara formal maupun informal tentunya. Proses ini adalah bekal kita untuk melangkah ke depan, sehingga peran mahasiswa ini tidak bisa ditinggalkan atau diindahkan. Karena anda sebenarnya tidak bisa sukses jika anda tidak bisa tumbuh, dan anda tidak bisa tumbuh apabila anda tidak bisa belajar. Itu mungkin perkataan yang mesti kita pikirkan bersama bagaimana peranan belajar ini dapat menjadi sesuatu hal yang urgen dikalangan manusia dan mahasiswa khususnya. Proses ini terkadang tidak menjadi suatu pijakan dalam diri seorang mahasiswa, mahasiswa yang berpijak pada hal ini tentunya akan senantiasa terus berubah maupun merubah. Orang tidak berubah karena dia tidak mau untuk berubah, dan orang tidak mau untuk berubah karena dia tidak tahu bahwa dirinya harus berubah, Anda tidak tahu bahwa anda harus berubah intinya adalah anda tidak paham stimulan-stimulan yang masuk ke dalam diri anda yang notabene stimulan tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap diri anda. Anda sekarang sedang berdiri menjadi seorang mahasiswa berarti ada sadar atau tidak, harus tahu bahwa diri anda harus berubah setiap saat demi menunjang aktivitas anda sebagai seorang mahasiswa. Anda harus punya nilai yang baik, posisi yang strategis, dan lingkungan yang baik, itu adalah sebagian kesadaran anda yang harus anda sadari sedini mungkin. Anda punya cita-cita? (Saya harap anda anda mempunyai cita-cita atau keinginan, karena hanya orang matilah yang tidak punya cita-cita), ketika anda mempunyai cita-cita, keinginan, kemauan, ataupun hasrat maka cobalah stimulan-stimulan tersebut dijadikan motivasi bagi kita untuk senantiasa berubah kepada apa yang anda cita-citakan. Maka dari itu fokuskanlah diri anda kepada hal-hal yang mendorong anda untuk senantiasa berubah, karena dengan begitu anda bisa menjadikan hidup ini penuh dengan kemajuan.

Kedua, Penelitian (research) merupakan hal kedua yang harus diperhatikan sekaligus dilakukan seorang mahasiswa. Kenapa harus penelitian? Proses ini diharapkan membentuk mahasiswa-mahasiswa yang inovator (penuh inovasi). Di satu sisi mahasiswa terus menginternalisasi berbagai pelajaran yang di dapat melalui bangku perkuliahan baik itu secara formal ataupun informal, tapi di sisi lain mahasiswa pun perlu melakukan penelitian. Penelitian di sini mengandung pengertian bahwa apa yang telah didapat dalam proses belajar seyogyanya dapat menjadi bekal untuk penggalian sesuatu hal yang baru atau bisa juga dikatakan penelitian ini dimaksudkan untuk mensinergiskan antara teori yang telah didapat dalam proses belajar dengan keadaan yang sebenarnya. Dengan berkat penelitianlah kita bisa menikmati cahaya lampu (bohlam) yang diciptakan oleh Thomas Alfa Edison, beliau terus mencoba meneliti berbagai elemen pembentuk pijaran lampu, hingga penelitian yang terakhirlah beliau bisa menemukan elemen yang dapat memberi terang dalam bola lampunya. Bayangkan apabila Willbright bersaudara tidak mempunyai jiwa penelitian yang keras, mungkin sampai saat ini tidak ada yang namanya pesawat terbang. Ide dari pesawat terbang tersebut mereka temukan ketika mereka meneliti seekor burung yang dapat terbang dengan tenang. Masih banyak sekali para inovator-inovator dunia bahkan juga Indonesia yang mempunyai ”ide-ide gila” sehingga apa yang diciptakannya dapat kita nikmati bersama. Ingat Bill Gates seorang pencipta System komputerisasi (microsoft) yang sekarang ini terdata sebagai orang terkaya no. 2 se-dunia. Penelitian yang dilakukannya memberikan banyak manfaat bagi umat manusia. Dengan komputer hal-hal yang tidak bisa dilakukan dengan cepat kini dapat dilakukan dengan cepat dan praktis. Itu adalah bukti pentingnya sebuah penelitian.

Ketiga, Pengabdian Masyarakat adalah hal ketiga dan secara tidak langsung menjadi titik akhir dari tugas seorang mahasiswa. Ketika mahasiswa terus ’mengilhami’ otaknya dengan proses belajar dan mencari hal-hal yang baru dengan proses penelitian, maka semua hasil dari proses tersebut seyogyanya harus bisa melayani masyarakat. Teringat perkataan dari Oprah Winfrey (Presenter Multitalenta) ”Cara yang paling baik untuk sukses adalah dengan menemukan apa yang anda cintai dan kemudian mempersembahkannya kepada masyarakat dalam bentuk sebuah pelayanan”. Jadi pertanyaannya seberapa jauhkan ilmu yang anda dapatkan dalam bangku perkuliahan (dalam hidup ini) dipersembahkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Ini pertanyaan yang harus sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri sebagai seorang mahasiswa. Karena apalah jadinya sebuah negara jika para intelektual-intelektualnya tidak bisa membangun masyarakat. Negara merupakan kumpulan dari orang-orang yang yang terbentuk atas masyarakat sehingga apabila masyarakat itu tidak berdiri dengan kokoh dan terus saling menunjang maka dapat diprediksikan negara yang terbentuknya pun akan timpang.

RELASI MAHASISWA DENGAN NILAI KEPEDULIAN

Sebelumnya telah dijelaskan peran dan fungsi sebagai mahasiswa, jadi diharapkan kita semua menjadi tahu akan diri kita sebagai mahasiswa. - Dengan tahu kita akan paham dan dengan paham kita akan cinta -

Relasi mahasiswa dengan nilai kepedulian bisa dikatakan erat kaitannya bahkan bisa dikatakan bahwa nilai kepedulian itu merupakan bagian tubuh dari seorang mahasiswa. Bagaimana tidak, kalau kita lihat strata sosial mahasiswa ini berada dalam posisi strategis antara kalangan elit dan kalangan bawah (masyarakat awam). Mahasiswa yang notabene berada dalam lapisan kelas menengah (middle class) harus mempunyai tugas ganda dalam berbagai aktivitasnya.

Mahasiswa harus seyogyanya bisa mempunyai peran ke atas dan peran ke bawah. Peran ke atas di sini dimaksudkan adalah mahasiswa perlu adanya suatu tindakan (action) terhadap kalangan atas (elit) yang notabene terdiri dari pemerintah dan berbagai kalangan atas lainnya. Sederhananya mahasiswa harus turut andil dalam input serta output dari kerja kelas atas. Output dari kelas atas (pemerintah) ini umumnya berupa kebijakan umum yang akan mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan, selain kita (mahasiswa) memonotoring output yang berupa kebijakan umum, kita juga bisa melakukan suatu advokasi (pendampingan) sebelum output itu ada yaitu kita bisa mendampinginya lewat input kebijakan. Sederhananya mahasiswa seyogyanya harus mempunyai peranan penuh dari proses pembuatan sampai dengan pengejawantahan dari kerja kelas atas (elit) yang berupa kebijakan umum. Gerakan semacam ini sering kami sebut dengan gerakan struktural.

Dilain pihak selain peranan terhadap kelas elit, mahasiswa pun perlu adanya suatu peranan penuh juga terhadap kelas bawah (grassroot) yang notabene bisa dikatakan sebagai objek dari suatu kebijakan dari pemerintah (kelas atas). peranan kita yang pertama dalam menghadapi kelas bawah yaitu kita menjadi suatu ikon pembaharu dalam masyarakat. Prosesnya bisa sebagai tauladan yang baik di kalangan masyarakat juga bisa dengan menjadi suatu mesin pendobrak dalam membangun perkembangan suatu masyarakat (agent social of change). Peran ini sering sekali diacuhkan oleh para mahasiswa, sehingga banyak sekali mahasiswa yang bisa dikatakan setelah lulus secara formal dari suatu institusi / kelembagaan / perguruan tinggi mereka tidak bisa memberikan sumbangsih yang besar untuk masyarakat sekitarnya. Di sisi lain peran mahasiswa pun harus senantiasa menjadi kalangan yang pro-rakyat (pembela kaum tertindas). Atau kami sering gunakan istilah Gerakan kultural. Gerakan ini perlu untuk diterus dilakukan, karena ini di sadari atau tidak juga merupakan wujud dari pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat (lihat TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI). Ketika suatu kebijakan dari pemerintah misalkan yang tidak pro-rakyat sedikitpun ini tentunya kita sebagai mahasiswa harus senantiasa menjadi garda terdepan dalam memperbaikinya. Orang banyak berkata bahwa kemiskinan dan kebodohan di Indonesia itu bukan suatu takdir tapi sesuatu hal yang memang diciptakan. Setiap ketimpangan baik sosial, agama atau pun yang lainnya, dan nantinya akan menjadi masalah dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan maka kita sebagai mahasiswa harus berani bertindak tegas dalam memperbaikinya.

Kiranya begitu besar tugas kita sebagai mahasiswa. Orang bijak sering berkata bahwa di balik tugas yang besar pastilah tersembunyi sesuatu kekuatan besar pula. Ini haruslah menjadi suatu sinyalement bagi kita semua untuk terus percaya diri dengan kekuatan besar kita sebagai mahasiswa. Dalam awal pembicaraan ini saya sudah menceritakan tentang peran serta dari kaum muda atau mahasiswa dalam membentuk suatu tatanan kemasyarakatan Indonesia. Teringat kata Bung Karno bahwa ”hanya orang yang berjalan dengan percaya dirilah yang nantinya akan berhasil”.

Mahasiswa kini harus bangun dari tidurnya yang panjang, mahasiswa kini harus mulai terus memperjuangkan nilai-nilai kepedulian. Kalau di analogikan mahasiswa itu kiranya kini terlihat sebagai seorang singa yang punya taring kuat dan tajam, tubuh yang kokoh dan auman yang keras tapi di lain pihak taring yang kuat kini tidak lagi dirasakan, tubuh kokoh kini sudah menjadi lumpuh serta auman keras kini tidak lagi terdengar. Maka dari itu kita harus bangun agar setiap potensi yang ada di dalam tubuh mahasiswa dapat senantiasa bisa dioptimalkan untuk memperjuangkan nilai-nilai kepedulian.

Nilai kepedulian ini haruslah terus untuk kita gali bersama agar nilai kita sebagai mahasiswa tidak ”diperkosa” oleh kita sendiri yang menyatakan diri sebagai mahasiswa. dan virus-virus pragmatisme, ego sektarian serta hedonisme yang menjangkit mahasiswa khususnya, dapat kita kubur bersama. Amin. Wallahu’alam Bishawab.

Demikian dari saya,

Selamat berpuasa,

Mohon maaf lahir dan batin,

Semoga segala kekhilapan kita sebagai mahasiswa dapat dimaafkan oleh Allah SWT.

”Maju terus! buatlah perubahan! kelak anda justru akan berterima kasih pada diri sendiri karena melakukan hal ini”

- Teruslah Berubah Demi Menuju Kemajuan -

TANGAN TERKEPAL DAN MAJU KEMUKA

Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamith Tharieq

Wassalamu’alaikum Wr.Wb